0

Dulmatin Banyak Rekrut Aparat untuk Operasi Terorisme

Posted by khomsun on 05:23 in

JAKARTA - Sosok pemimpin teroris serbabisa benar-benar melekat pada figur Dulmatin. Tidak hanya jago meracik bom dan perang gerilya, tokoh teroris yang tewas setelah ditembak di Pamulang, Tangerang, Banten, Selasa lalu (9/3) itu juga seorang perayu nomor wahid. Dulmatin bahkan bisa merekrut orang-orang di instansi pemerintahan untuk bergabung ke jaringannya.

Tiga di antara 30 orang anggota jaringan Dulmatin yang kini diinterogasi serius oleh polisi adalah eks birokrat. Mereka adalah Sofyan Tasauri, Fauzi Syarif, dan Yudi Zulfahri. Sofyan adalah desertir Polres Depok pada 2008 dengan pangkat brigadir. Fauzi adalah mantri kesehatan yang juga pegawai negeri sipil di Pemkot Tangerang. Yudi adalah alumnus STPDN pada 2007.

Selain mengejar orang-orang yang belum tertangkap, Densus 88 juga menginvestigasi kekuatan jaringan Dulmatin di birokrasi. "Mereka masih bungkam. Belum mau membuka siapa saja orang lain yang berhasil dipengaruhi," ujar seorang perwira penyidik kepada Jawa Pos kemarin (14/03).

Polisi menduga, bukan hanya tiga orang itu yang termakan rayuan Dulmatin. "Kalau melihat pola operasinya, Dulmatin memang memilih sasaran orang secara khusus untuk memuluskan aksinya," kata sumber itu.

Keberhasilan Dulmatin memperoleh identitas KTP atas nama Yahya Ibrahim di Ciracas, Jakarta Timur, juga menimbulkan kecurigaan aparat. Apalagi, berkat KTP itu, Dulmatin bisa memperoleh paspor secara legal dan sah di Kantor Imigrasi Jakarta Timur. "Dengan paspor itu, Dulmatin bisa keluar masuk dengan mudah karena paspornya bukan paspor palsu," ungkap sumber tersebut.

Salah seorang pembantu utama Dulmatin, yakni desertir polisi Sofyan Tsauri, dapat dipengaruhi sejak 2006. Bahkan, sehari-hari saat bertugas di Polres Depok, tingkah Sofyan sudah mulai berbeda. Hal itu diakui oleh salah seorang mantan komandan Sofyan di Polres Depok.

Kepada Indopos (Jawa Pos Group), Kasat Samapta Polres Depok Kompol Putu Sumada mengatakan, saat menjadi anak buahnya, Sofyan tidak mau menyebutkan Tribrata. Alasannya haram karena menjunjung tinggi NKRI. "Itu penghinaan kepada korps. Kita harus hafal Tribrata, jangan sampai seperti Sofyan yang kini terlibat jaringan teroris," ujar Putu di Depok.

Saat itu, Sumada marah besar kepada Sofyan. "Saya ingat dia tidak mau ucapkan Tribrata, katanya haram. Itu seperti Pancasila, tuntunan hidup Polri. Langsung saya tempeleng," tuturnya. Setelah kejadian itu, lanjut Sumada, Sofyan tidak pernah masuk kerja lebih dari tiga bulan.

Akhirnya, dia dipecat pada 2008 karena desersi. Sumada mengingatkan para anggotanya agar berkomitmen kepada Polri dan tidak seperti Sofyan. "Saya malu disebut ada eks anggota saya yang menjadi teroris. Dari Sabang sampai Merauke, jangan sampai ada anggota Polri yang seperti Sofyan," harapnya.

Sofyan merupakan penyedia dan penyuplai senjata bagi kelompok Dulmatin untuk berlatih di Aceh. Pria yang pernah tinggal di Puri Mandala, Cimanggis, dan Limas Elok, Depok, itu sekarang ditahan di Rutan Brimob Kelapa Dua, Depok.

Seorang mantan kombatan yang pernah mengenal Sofyan menilai Sofyan sebagai polisi yang jujur. "Justru dia itu dipecat karena hendak poligami, bukan karena desersi," katanya.

Dia ingat saat bertemu dengan Sofyan di sebuah majelis taklim. "Saat itu akhi (saudara, Red) Sofyan bilang rindu ingin berjihad. Saya jawab, kalau antum (kamu, Red) polisi, ya berjihad dengan memberantas kemaksiatan, perangi judi dan narkoba," kata sumber itu. Pada Januari 2008, dia kehilangan kontak dengan Sofyan. "Saya tahu kalau dia ikut ditangkap saat Kapolri mengumumkan di televisi," ujarnya.

Selain Sofyan, pembantu Dulmatin yang punya peran penting adalah Fauzi Syarif, seorang pegawai pemerintah Kota Tangerang. Fauzi tercatat sebagai kepala Subbagian Tata Usaha Puskesmas Karang Tengah, Pemkot Tangerang. Dia juga pernah menempuh pendidikan magister ilmu kesehatan masyarakat di sebuah universitas di Jakarta.

Fauzi menjadi tersangka karena diduga menyediakan safe house (rumah perlindungan) sementara bagi anggota jaringan Dulmatin. Dua orang pengawal Dulmatin, yakni Ridwan dan Hasan Noor, ditembak tidak jauh dari rumah Fauzi. Dari rumah Fauzi juga disita handycam dan laptop. Dari pemeriksaan sementara diketahui handycam dan laptop itu berisi materi indoktrinasi paham jihad ala Dulmatin.

Anak buah Dulmatin lain yang jadi keyperson (kontak) di Aceh adalah Yudi Zulfahri, alumni Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) tahun 2007. STPDN selama ini menerapkan sistem disiplin yang ketat dan diawasi langsung oleh Kementerian Dalam Negeri. "Yudi adalah orang yang memfasilitasi kelompok Dulmatin masuk ke Aceh. Dia asli Aceh dan digunakan untuk membuka jalan untuk latihan," kata Kapolri saat mengumumkan peran Yudi beberapa waktu lalu.

Kadivhumas Mabes Polri Edward Aritonang memastikan semua jaringan Dulmatin akan diurai. Menurut Edward, ada dua kelompok utama yang sekarang ditarget polisi. Kelompok pertama adalah DPO lama yang memang sudah ada dalam database Polri. "Kelompok yang kedua adalah orang-orang baru yang terkait dengan Aceh maupun jaringan lainnya," katanya Sabtu (13/3).

0

tabrakan kereta api

Posted by khomsun on 22:04 in


0

Dalang pembobobl ATM lari

Posted by khomsun on 03:54 in
Otak Pembobol ATM dan Rekening Nasabah Diduga Lari ke Hongkong
JAKARTA - Dalang sindikat pembobolan ATM dan rekening nasabah perbankan saat ini diduga sudah lari ke luar negeri. Tim khusus yang dipimpin Direktur II/Ekonomi Khusus (Eksus) Bareskrim Mabes Polri Brigjen Pol Radja Erizman sudah meminta bantuan Interpol untuk melacak.

''Kami menduga ada dua (pelaku) yang terbang ke Hongkong,'' kata Radja Erizman kemarin (5/2). Mabes Polri telah mengirimkan red notice ke Interpol. ''Kami berharap, ada bantuan internasional untuk segera menangkap mereka,'' tutur mantan Kapolres Depok itu.

Dua tersangka yang diduga lari ke Hongkong itu merupakan warga Indonesia. Mereka berinisial T dan H. ''Saya tidak bisa menyebutkan nama lengkapnya,'' kata Radja.

Selain itu, polisi memburu seorang pelaku yang berkewarganegaraan asing dengan inisial M. Dia merupakan warga Negara Bulgaria. ''Dia itu ahli IT (information technology, Red) dan punya kemampuan membobol kartu kredit secara profesional,'' terang Radja.

M juga diduga telah melarikan diri ke luar negeri. ''Dari pengakuan tersangka yang lain, dia memang mempraktikkan ilmunya di Indonesia,'' kata Radja.

Polri dan Interpol selama ini sudah bekerja sama secara harmonis. ''Interpol punya akses di setiap negara,'' ujarnya.

Berdasar pelacakan tim yang dipimpin Radja, Polri menemukan dua jaringan pembobol rekening nasabah bank di Bali. Kedua jaringan itu dipimpin F dan S yang beroperasi dengan cara berbeda. ''F bermain dengan kartu kredit, sedangkan S menggunakan skimmer (alat pengganda kartu ATM),'' katanya.

Berdasar informasi yang dihimpun Mabes Polri, S beroperasi sejak setahun lalu, tepatnya Oktober 2008. Sebagai pembobol ATM bank, S memiliki anggota belasan orang. Hingga kini, baru tujuh anggota sindikatnya ditangkap. ''Kekuatan jaringan mereka bisa menarik Rp 540 juta setiap hari,'' jelas Radja.

Hingga kini, Polri menahan 37 tersangka pembobol rekening yang tersebar di berbagai daerah. Kemarin (5/2) sembilan orang di antara mereka dipertontonkan di hadapan wartawan. ''Kami belum berani menyatakan ini terkait jaringan internasional. Kita tunggu tertangkap dulu,'' ujar mantan Kapolres Tangerang itu.

Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Edward Aritonang menambahkan, modus pembobolan dana nasabah bank di lima wilayah operasi berbeda-beda. Para tersangka yang tertangkap beraksi di Jakarta, Bali, Samarinda, Jogjakarta, dan Pontianak.

Untuk wilayah Bali, kata Edward, para tersangka menjalankan aksi dengan memasang skimmer dan kamera pengintai untuk mencuri data digital kartu maupun nomor PIN (personal identification number) ATM nasabah. Selanjutnya, kartu diduplikasi. Lantas, dilakukan penarikan secara tunai dana nasabah atau ditransfer ke rekening tersangka.

Soal modus di Jakarta, selain memasang skimmer di mesin ATM, tersangka mencuri data kartu ATM lewat mesin electronic data capture (EDC). Alat itu biasa digunakan di pusat-pusat perbelanjaan.

Di Samarinda, tersangka mencuri data nasabah lewat EDC, kemudian memalsukan kartu debit nasabah. Selanjutnya, mereka memanfaatkan mesin EDC di hotel untuk menguras dana nasabah.

Di wilayah Jogjakarta, pelaku me-mark up (menggelembungkan) transaksi dengan menggunakan mesin EDC. ''Misalnya, kita beli baju Rp 200.000, kasir menambahkan satu nol menjadi dua juta. Ini tentunya ada kerja sama dengan pemilik mesin atau pegawai toko,'' ungkapnya.

Sedangkan di Pontianak, lanjut Edward, pelaku memasang alat penjepit di dalam mesin ATM untuk menahan kartu. Setelah kartu tersebut tersangkut, pelaku berpura-pura membantu korban dan menyarankan menghubungi nomor call center -padahal, itu palsu. ''Operator gadungan kemudian meminta nomor PIN ATM nasabah. Lantas, kartu diduplikasi dan dana dikuras,'' katanya.

Mantan tenaga ahli Lemhanas itu membenarkan informasi bahwa seorang pegawai outsourcing Bank Danamon berinisal AS sudah ditahan. AS ditangkap di Bandung. Dia menjadi orang ''dalam'' kedua yang ditangkap setelah seorang pegawai (supervisor) BCA. ''Jadi, ada dua oknum pegawai perbankan. Yang satu supervisor, yang satu lain lagi (pegawai) outsourcing,'' jelas Edward.

Copyright © 2009 khomsun_kholili All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.